PERAN PUSAT STUDI GENDER DAN ANAK (PSGA) UIN WALISONGO SEMARANG UNTUK
MEWUJUDKAN KESETARAAN GENDER DALAM PEMBAGIAN PEKERJAAN DOMESTIK MAUPUN PUBLIK
ANTARA SUAMI DAN ISTRI
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
FUADAH
1401016035
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan oleh Tuhan tidak
lain adalah sebagai hamba yang tunduk, patuh, dan mengabdi kepada Allah. Selain
itu, manusia juga ditunjuk untuk menjadi khalifah di bumi. Hal ini terdapat
pada QS. Al-An’am [6] : 165 dan juga QS. Al-Baqarah [2] : 30. Dalam surat
tersebut dijelaskan sejatinya manusia baik laki-laki dan perempuan diciptakan
dengan diberi peran yang sama sebagai khalifah di bumi, baik itu laki-lali
maupun perempuan. Dari kondisi yang ada saat ini, diamati bahwa masih terjadi
ketidakjelasan dan kesalahpahaman tentang pengertian gender dalam usaha
emansipasi kaum perempuan.[1]
Hal ini terlihat dari keberadaan
kaum perempuan di Indonesia yang masih menjadi subordit kaum laki-laki. Dengan
kata lain, kaum perempuan tidak serta merta dapat sejajar dengan kaum
laki-laki. Hampir setiap budaya kita menempatkan laki-laki sebagai pemimpin
baik dalam berkeluarga maupun berbangsa dan bernegara, meski juga diakui tidak
semua budaya kita menjadikan perempuan dalam posisi kedua seperti budaya
pesisir Minangkabau dan Tungu Tubang Muara enim, Sumatera Selatan. Budaya
seperti ini hampir sama dengan tradisi orang-orang jahiliyah. Ketika itu, nasib
perempuan sungguh menyedihkan karena kultur Arab jahiliyah memang tidak
memberikan ruang gerak untuk peran sosial mereka. Fungsi perempuan tidak lebih dari
sekadar sebagai reproduksi biologis, yaitu menikah, mengandung, melahirkan dan
menyusui. [2]
Selain dari contoh diatas tentang
yang dapat menjadi pemimpin hanyalah kaum laki-laki, ada juga contoh dalam
masyarakat bahwa kaum perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan domestik dibanding
kaum laki-laki. Seperti halnya peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat
luas adalah mengelola rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung
beban kerja domestik lebih banyak dan lebih lama dibanding kaum lai-laki. Kaum
perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi
kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga
menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Bahkan, bagi kalangan keluarga miskin,
beban yang harus ditanggung oleh perempuan sangat berat apalagi jika si
perempuan ini harus bekerja diluar sehingga harus memikul beban kerja yang
ganda. Bagi kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi yang cukup, beban
kerja domestik sering kali dilimpahkan kepada pembantu rumah tangga (domestic
workers). Dengan demikian sebenarnya kaum perempuan ini merupakan korban
dari bias gender di masyarakat.[3]
Menghadapi kemelut yang demikian,
gerakan kesetaraan gender dinilai menjadi salah satu solusi alternatif dalam
meminimalisir adanya bentuk deskriminasi yang banyak dialami perempuan.
Diantara organisasi yang menyerukan gerakan kesetaraan gender adalah sejumlah
lembaga swadaya masyarakat (LSM), pusat study wanita (PSW), dharma wanita, dan
sejumlah organisasi sosial lainnya.[4]
Hal ini direspon baik oleh UIN
Walisongo Semarang. terbukti dengan adanya Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA)
yang berada dibawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
UIN Walisongo Semarang. sebagai unsur akademik UIN Walisongo Semarang, LP2M
mengemban tugas untuk menyelenggarkan bidang penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat tersebut adalah
pendampingan dan kesetaraan gender yang dilakukan oleh Pusat Studi Gender dan
Anak (PSGA) sebagai salah satu lembaga di LP2M.[5]
Sebagai lembaga pendidikan tertinggi
yang berbasis Islam tentunya peran serta UIN Walisongo Semarang dalam
mewujudkan kesetaraan gender sangat berpengaruh di lingkungan masyarakat.
Dimana dengan adanya kesetaraan gender yang diwujudkan UIN Walisongo Semarang
diharapkan segala bentuk diskriminasi dan berbagai masalah ketimpangan gender
dapat terminimalisir.
Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis berpikir perlu adanya penelitian tentang bagaimana peran Pusat Studi
Gender dan Anak (PSGA) UIN Walisongo Semarang sebagai lembaga yang khusus
menangani perempuan dan anak dalam mewujudkan kesetaraan gender. Hal ini
penting demi terwujudnya kehidupan yang berjalan adil (setara) serta tidak ada lagi
perempuan maupun laki-laki yang merasakan bentuk ketertindasan.
II.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas masalah
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran PSGA (Pusat
Studi Gender dan Anak) untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembagian
pekerjaan domestik maupun publik antara suami dan istri.”
III.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peran pusat studi gender dan anak (PSGA) UIN Walisongo Semarang untuk
mewujudkan kesetaraan gender dalam pembagian pekerjaan domestik maupun publik
antara suami dan istri.
IV.
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat setelah melakukan
penelitian ini adalah:
a.
Dapat
diketahui bagaimana wujud kesetaraan gender yang dilakukan PSGA terhadap
fenomena ketimpanan gender di masyarakat.
b.
Dapat
menjadi acuan bagi masyarakat untuk belajar atau memahami terkait kesetaraan gender
dalam pembagian pekerjaan domestik maupun publik antara suami dan istri.
c.
Dapat
menjadi referensi bagi lembaga lain atau perorangan yang memang juga bergelut
di kajian gender untuk bagaimana seharusnya dalam melakukan kesetaraan gender.
V.
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan adanya tinjauan pustaka ini
adalah untuk menghindari plagiat dan kesamaan dengan karya tulis yang sudah ada
sebelumnya. Karena dengan adanya tinjauan pustaka ini bisa mengetahui tentang
perbedaan antara karya tulis yang sudah ada dengan karya tulis peneliti.
Penelitian yang dilakukan Handi
Octavianus dengan judul “Hubungan Konflik Peran Gender Laki-Laki Dengan
Mekanisme Pertahanan Psikologis”. Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
tahun 2008.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Suprapti Ragiliani dengan judul “Kesetaraan Gender Dalam Paradigma
Fiqh (Studi Pemikiran Husein Muhammad)”. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kesetaraan
gender dalam paradigma fiqh menurut pemikiran Husein Muhammad.
Perbedaan penulisan Suprapti
Ragiliani dengan penulisan ini terletak pada poin yang akan dibahas. Penulisan
dari Suprapti Ragiliani memfokuskan pada kesetaraan gender dalam paradigma fiqh
menurut pemikiran Husein Muhammad. Sedangkan penulisan yang penulis lakukan
membahas tentang peran Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) untuk mewujudkan
kesetaraan dalam pembagian pekerjaan domestik maupun publik antara suami dan
istri. Persamaannya dengan penulisan tersebut adalah sama-sama membahas tentang
kesetaraan gender.
VI.
KERANGKA TEORITIK
1.
Pusat
Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Walisongo Semarang
a.
Pengertian
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M)
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo merupakan unsur pelaksana akademik
untuk menyelenggarakan kegiatan di bidang penelitian, kajian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Di lembaga ini terdapat 3 (tiga) pusat, yaitu Pusat
Penelitian dan Penerbitan (Puslitbit); Pusat Pengabdian kepada Masyarakat
(PPM), dan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA). LP2M memiliki tugas
melaksanakan, mengkoordinasikan, memantau dan menilai kegiatan penelitian,
pengkajian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sedangkan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) diarahkan untuk
memperkuat kualitas dan meningkatkan kuantitas penelitian, kajian dan
pengabdian kepada masyarakat dengan focus pada issu keadilan dan
kesetaraan gender, perlindungan dan pemenuhan hak anak yang bertumpu pada
kesatuan ilmu pengetahuan.[6]
b.
Arah
Kebijakan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Walisongo Semarang
Kebjakan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) diarahkan untuk memperkuat
kualitas dan meningkatkan kuantitas penelitian, kajian dan pengabdian kepada
masyarakat dengan focus pada issu keadilan dan kesetaraan gender,
perlindungan dan pemenuhan hak anak yang bertumpu pada kesatuan ilmu
pengetahuan.
Bidang garap Pusat Studi Gender dan Anak merupakan aspek riil yang
berjalan sejalan dengan gerak hidup masyarakat luas dan merupakan persoalan
bangsa dan agama yang memerlukan sentuhan teoritik dan praktik melalui
penelitian dan kajian keilmuan dan aksi pengabdian kepada masyarakat yang
melibatkan berbagai sektor.
Oleh karenanya kegiatan PSGA juga diarahkan untuk dapat
mengembangkan penelitian dan kajian melalui pendekatan keilmuan yang
transformatif dan kerjasama lintas sektoral dengan berbagai pihak dalam
melakukan penelitian, kajian dan pengabdian masyarakat baik dengan kalangan
akademisi, pemerintah, swasta dan lembaga masyarakat, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.
Berbagai disiplin keilmuan yang berkembang di UIN Walisongo
sangatlah strategis untuk dapat menjadi pisau analisis dalam meneliti dan
mengkaji persoalan gender dan anak terlebih dengan paradigma unity of sciences
yang dikembangkan. Oleh karenanya dengan latar belakang keilmuan apapun
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan issu gender dan anak dapat
dilakukan oleh semua dosen UIN Walisongo. Berpijak pada persoalan gender dan
anak yang terjadi, maka penelitian, kajian dan pengabdian kepada
masyarakat yang dilakukan tentu harus mengedepankan kepentingan
intersubyek dengan paradigm non positivistik.[7]
c.
Program
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Walisongo Semarang
Berangkat dari arah kebijakan dalam
penelitian, kajian dan pengabdian kepada masyarakat yang dikembangkan oleh
PSGA, maka program strategis yang dilakukan adalah :
1)
Memperluas akses untuk pendanaan penelitian, kajian dan
pengabdian masyarakat di bidang gender dan anak kepada dosen baik dari
dana internal maupun eksternal.
2)
Meningkatkan kapasitas dosen dalam penguasaan metodologi
penelitian gender dan anak.
3)
Memperkuat ketajaman dan sensitifitas dosen dalam menangkap
issu gender dan anak serta membangun kepedulian dosen terhadap problem anak dan
ketimpangan gender.
4)
Menyediakan fasilitas penulisan karya ilmiah melalui
penerbitan jurnal gender (SAWWA).
5)
Meningkatkan daya dukung dan jaringan kerjasama dalam
melakukan penelitian, kajian dan pengabdian masyarakat di bidang gender dan
anak.
6)
Memperkuat kelembagaan dan personal pengelola PSGA.
7)
Membangun institution image melalui publikasi dan
sosialisasi.[8]
2.
Kesetaraan
Gender Dalam Pembagian Pekerjaan Antara Suami Dan Istri
a.
Pengertian
Gender
Istilah gender berasal dari bahasa Inggris The Oxford
Encyclopedia Of The Modern World (Esposito, 1995) menyebutkan bahwa gender
adalah pengelompokkan individu dalam tata bahasa yang digunakan untuk
menunjukkan ada tidaknya kepemilikan terhadap satu ciri jenis kelamin tertentu.
Unger (dalam Burke, 2000) menjelaskan bahwa istilah gender dikenalkan untuk
menggambarkan karakteristik dan perilaku individu yang secara sosial budaya
sesuai bagi laki-laki dan perempuan. Gender merupakan kondisi sosial individu
untuk menjadi feminim atau maskulin, atau mengarah pada kepribadian, minat, dan
perilaku yang sangat dianggap sesuai (McAnulty dan Burnette, 2006).
Dari uraian tersebut, gender didefinisikan sebagai karakteristik
yang melekat dan sesuai bagi laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari
konstruksi sosial budaya.[9]
b.
Bentuk
Ketidakadilan Gender
Gender inequalities (ketidakadilan
gender) merupakan sistem dan struktur dimana kaum laki-laki dan perempuan
menjadi korban dari sistem tersebut. Dengan demikiaan agar dapat memahami
perbedaan gender yang menyebabkan ketidakadilan maka dapatdilihat dari berbagai
manifestasinya, yaitu sebagai berikut:
Marginalisasi. Bentuk
marginalisasi terhadap kaum perempuan terjadi dalam rumah tangga, masyarakat
atau kultur dan bahkan negara, jadi tidak hanya terjadi ditempat pekerjaan. Di
dalam rumah tangga, marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi dalam bentuk
deskriminasi atas anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan. Timbulnya
proses marginalisasi ini juga diperkuat oleh tafsir keagamaan maupun adat
istiadat. Misalnya, pemberian hak waris di dalam sebagian tafsir keagamaan
porsi untuk laki-laki dan perempuan berbeda, dimana pembagian hak waris untuk
laki-laki lebih besar dari perempuan.
Subordinasi. Sikap yang
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting muncul dari adanya
anggapan bahwa perempuan itu emosional atau irasional sehingga perempuan tidak
bisa tampil memimpin merupakan bentuk dari subordinasi.
Stereotip. Pelabelan atau
penandaan negative terhadap kelompok atau jenis kelamin tertentu. Banyak sekali
bentuk stereotip yang terjadi di masyarakat yang dilekatkan kepada umumnya kaum
perempuan sehingga berakibat menyulitkan, membatasi, memiskinkan, dan merugikan
kaum perempuan. Misalnya, anggapan dari masyarakat yang melihat bahwa tugas
perempuan adalah melayani suami. Stereotip seperti ini memang suatu hal yang
wajar, namun berakibat pada menomorduakan pendidikan bagi kaum perempuan.
Stereotip pada contoh tersebut dapat terjadi dimana-mana.
Violence (kekerasan)
merupakan assault (invansi) atau serangan terhadap fisik maupun integritas
mental psikologis seseorang yang dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu,
umumnya perempuan sebagai akibat dari perbedaan gender. Bentuk dari kekerasan
ini seperti pemerkosaan dan pemukulan hingga pada bentuk yang lebih halus lagi,
seperti sexual harassment (pelecehan seksual) dan penciptaan
ketergantungan.
Beban Kerja. Peran gender
perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah mengelola rumah tangga sehingga
banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih
lama dibanding kaum laki-laki.[10]
3.
Hubungan Peran Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA)
Untuk Mewujudkan Kesetaraan Gender Dalam Pembagian Pekerjaan Domestik Maupun
Publik Antara Suami Dan Istri
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) sangat berperan penting dalam
mewujudkan kesetaraan gender, apalagi di dalam masyarakat. Karena dalam
masyarakat banyak sekali deskriminasi yang dialami perempuan, baik itu
kekerasaan, pendidikan, maupun beban kerja. Apalagi dalam hal pembagian
pekerjaan antara suami dan istri. Karena peran perempuan dalam masyarakat luas
adalah mengelola rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban
kerja domestik lebih banyak dan lebih lama dibanding kaum laki-laki. Ada juga
perempuan yang menanggung beban kerja domestik dan publik. Dengan adanya Pusat
Studi Gender dan Anak (PSGA) dinilai menjadi salah satu solusi alternatif dalam
meminimalisir adanya bentuk deskriminasi yang banyak dialami perempuan. Apalagi
UIN Walisongo Semarang sebagai lembaga pendidikan tertinggi yang berbasis Islam
tentunya peran serta dalam mewujudkan kesetaraan gender sangat berpengaruh di
lingkungan masyarakat. Dimana dengan adanya kesetaraan gender yang diwujudkan
UIN Walisongo Semarang diharapkan segala bentuk diskriminasi dan berbagai
masalah ketimpangan gender dapat terminimalisir.
VII.
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Sumber datanya berasal dari penelitian lapangan dan penelitian
kepustakaan. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain
deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai
individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi.
2.
Sumber
Data
a.
Sumber
primer
Sumber primer adalah data yang utama atau pokok dan yang diperoleh
dari sumber asli. Baik individu maupun kelompok seperti dari hasil observasi
dan wawancara yang dilakukan peneliti.
b.
Sumber
sekunder
Sumber sekunder adalah data pendukung atau tambahan yang berasal
dari sumber kedua yang diperoleh dari jurnal, buku-buku, brosur, dan artikel
yang didapat dari website atau diperoleh dari catatan pihak lain yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode data yang digunakan penulis adalah :
a.
Observasi
Metode observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan
pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi
lingkungan objek penelitian yang akan mendukung kegiatan penelitian sehingga
didapat penelitian secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut
(Sugiyono, 2009 : 49).
b.
Wawancara
Wawancara yaitu cara mengumpulkan data dengan mengajukan berbagai
pertanyaan secara langsung kepada responden.
c.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data melalui variabel yang berupa
catatan, buku, transkip, surat kabar, majalah, agenda atau sebaliknya. Teknik
metode dokumentasi ini diawali dengan menghimpun memilih-milih mengkategorikan
dokumen-dokumen sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian mulai menerangkan,
mencatat dan menafsir, sekaligus menghubungkan dengan fenomena yang lain dengan
cara untuk memperkuat status data.
4.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data adalah mengelompokkan dan membuat suatu urutan
serta menyingkat data sehingga mudah di baca dan di fahami dan kemudian di
interpretasikan (Nazir, 1998 :419).
Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak dilakukan
pengumpulan data sampai dengan selesainya pengumpulan data yang dibutuhkan.
Proses analisis data dilakukan dalam tahapan :
a.
Reduksi
Data, yaitu merangkum, memilih hal yang pokok dan memfokuskan pada
hal-hal yang penting sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
b.
Display
Data, yaitu penyajian dan penelitian dalam bentuk uraian singkat atau
teks yang bersifat narasi dan bentuk penyajian data yang lain sesuai dengan
sifat data itu sendiri.
c.
Konklusi
dan Verifikasi, yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi yang disandarkan pada data dan bukti yang
valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang diambil itu kredibel.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. Sangkan Paran GENDER. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 1997.
Lubis, Ridwan. Cetak Biru peran Agama Merajut Kerukunan,
Kesetaraan Geneder, dan Demokratisasi dalam Masyarakat Multikultural.
Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama. 2005.
Nazir, Mohammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: PT.
Ghalia Indonesia.
Nugroho, Riant. Gender
Dan Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka belajar. 2008.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: CV. Alfabeta.
Website resmi lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
UIN Walisongo Semarang (LP2M): www.lp2mWalisongo.org.
Penelitian yang dilakukan Handi Octavianus tentang Hubungan Konflik
Peran Gender Laki-Laki Dengan Mekanisme Pertahanan Psikologis. Skripsi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2008.
Penelitian yang dilakukan Suprapti Ragiliani dengan judul
“Kesetaraan Gender Dalam Paradigma Fiqh (Studi Pemikiran Husein Muhammad)”.
Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014.
[1] Dr. Riant
Nugroho, Gender Dan Administrasi Publik,
Yogyakarta: Pustaka belajar, 2008, hal: 17.
[2] Prof. Dr. H.
M. Ridwan Lubis, Cetak Biru peran Agama Merajut Kerukunan, Kesetaraan
Geneder, dan Demokratisasi dalam Masyarakat Multikultural, Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005, hal: 126-127.
[3] Dr. Riant
Nugroho, Gender Dan Administrasi
Publik, Yogyakarta: Pustaka belajar, 2008, hal: 47.
[4] Irwan
Abdullah, Sangkan Paran GENDER, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hal:
32.
[5] Website resmi
lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat UIN Walisongo Semarang
(LP2M): www.lp2mWalisongo.org.
[6]
Website resmi
lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat UIN Walisongo Semarang
(LP2M): http://lppm.walisongo.ac.id/
[7]
Website resmi
lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat UIN Walisongo Semarang
(LP2M): http://lppm.walisongo.ac.id/
[8] Website resmi
lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat UIN Walisongo Semarang
(LP2M): http://lppm.walisongo.ac.id/
[9] Penelitian
yang dilakukan Handi Octavianus tentang Hubungan Konflik Peran Gender Laki-Laki
Dengan Mekanisme Pertahanan Psikologis. Skripsi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun 2008.
[10]
Dr. Riant
Nugroho, Gender Dan Administrasi
Publik, Yogyakarta: Pustaka belajar, 2008, hal: 40-47.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar